30 November, 2009

Cerpen - Separuh Jiwa Yang Hilang

Separuh jiwa yang hilang
Suara kicauan burung di pohon – pohon sangat merdu. Sang surya mulai menampakkan diri. Di sebuah desa yang jauh dari kebisingan kota, seorang gadis yang bernama Lyla enggan turun dari kamar tidurnya. Di balik pintu ibunya membangunkan “Lyla….Lyla….bangun nak sudah siang, bangun nak.” Tapi tak biasanya Lyla seperti ini.
“Iya Bu, Lyla sudah bangun” sambung Lyla dari tempat tidur. Karena dia piker hari ini hari minggu Lyla semalam nonton film kesukaannya sampe larut malam sehingga paginya ia enggan turun dari ranjangnya. Lyla seorang gadis yang cantik jelita, rajin, sederhana dan baik hati. Dia bekerja disalah satu kantor di Padang. Lyla anak semata wayang dari keluarganya.
“Lyla habis mandi segera keluar kamar, kita sarapan bareng”, panggil ibunya.
Seperti itulah kebiasaan tiap pagi keluarga Lyla, kebersamaan yang diutamakan. Lyla sangat sayang kepada kedua ortunya, begitu juga sebaliknya.
Sarapan selesai, “Bu, Lyla, Bapak pergi dulu” pamit Bapak kepada mereka berdua. 

“Hati – hati pak,” kata Ibu.
Tak lupa Lyla mencium tangan Bapaknya sambil berkata “Hati – hati di jalan Pak”. Bapaknya pergi untuk menjenguk teman seprofesinya yang sedang berbaring di Rumah sakit akibat serangan jantung. Bapak Lyla adalah seorang PNS.
Lyla tidak keluar rumah, dia menunggu seseorang yang sebentar lagi datang menemuinya, Arfan sebutannya. Arfan adalah laki – laki yang dicintai Lyla, selain Bapaknya. Tak lama menunggu, “Tok….Tok….Tok…. assalamu-alaikum” suara itu terdengar oleh Lyla. “Wa’alaikum salam” sahut Lyla dari sofa yang didudukinya. Lyla mempersilakan tamunya tak lain adalah Arfan.
“Bapak dan Ibu sehat , La?” Tanya Arfan pada Lyla.
“Alhamdulillah semuanya sehat,” jawab Lyla. Arfan sudah tau banyak tentang keluarga Lyla, sebab Arfan tunangannya Lyla. Mereka sudah bertunangan dua bulan yang lalu.
“Tunggu bentar ya Fan, tak panggilkan Ibu dulu” pinta Lyla pada Arfan
“Iya…” jawab Arfan.
Lyla menuju ke dapur menemui Ibunya yang lagi asyik masak.
“Bu, ada Arfan,” panggil Lyla pada Ibunya. Lyla dan Ibunya keluar menuju ruang tamu.
“O….. ada nak Arfan toh, kapan pulangnya nak ?” Tanya Ibu pada Arfan.
“Barusan Bu, langsung kesini,” balas Arfan.
Maklumlah kan kangen ama tunangannya, lama tak jumpa. Arfan bekerja disalah satu bank di Jambi, jauh dari Lyla dimana ia tinggal. Walaupun jarak mereka jauh, namun tak jadi penghalang cinta mereka. Impian terbesar Lyla sebagai wanita yakni menikah dengan orang yang dicintai. Calon sudah ada dan dia juga sangat mencintainya. Tak semudah itu untuk menikah,selain siap mental juga harus siap materi.
               Arfan menjelaskan pada ibu Lyla “saya ada tugas mulai besok sampe 1 minggu kedepan di Padang Bu., jadi saya menyempatkan hari ini untuk kesini,”lanjut Arfan. Ibu Lyla menanggapi “wah…baguslah nak kalau begitu, jadi kalian bisa saling bertemu”. “Bu rencananya setelah tugas ini,saya sekeluarga ingin membicarakan tentang  hari pernikahan saya dengan Lyla “,kata Arfan memberi tahu. Sontak Lyla kaget mendengar perkataan Arfan seakan dia memiliki ikatan batin dengan Arfan,baru saja dia berfikir untuk menikah dengan orang yang dicintai, ternyata apa yang diharapkan akan menjadi kenyataan. Wajah sumringah nampak terpancar dari wajah Lyla. “Gak usah tanya ibu nak……ini anaknya sudah senyum-senyum,saya tinggal anaknya saja”,kata ibu sambil melirik Lyla yang wajahnya merah padam nampak dari kebersamaan keluarga itu sangat hangat membuat orang –orang disekitarnya iri.
                “Bapak jadi terharu mendengar “ kata bapak yang talah mendengar carita dari ibunya. “Ternyata cepat sekali putrid kecil kita tumbuh ya Pak….rasanya baru kemaren dia aku timang dengan tanganku, tapi sekarang sudah mau menikah dan akan menjadi tanggung jawab orang”kaa ibu Lyla sambil meneteskan air mata haru. “Sudahlah bu jangan barsedih terus,kewajiban kita hanya merawat dia hingga dewasa, setelah itu sudah hak dia untuk memilih jalannya”kata bapak menenangkan ibu. Nampak orang tua itu sangat menyayangi putri semata wayangnya  itu.
              Setelah Arfan dan keluarga datang ke rumah Lyla nampak kedua keluarga itu tengah sibuk menyiapkan hal-hal yang seputar pernikahan. “Hari yang bahagia itu tinggal menghitung hari lagi”,kata Arfan dengan penuh harap.Seharusnya kamu gak kesini,gak baik calon pengantin bertemu”kata bapak Lyla yang mengetahui Lyla dan Arfan sedang duduk-duduk di teras . “eh….Bapak, kayak orang jaman dulu aja pakek dipingit,mereka kan ingin melepas kangen”ledek ibu dari dalam. “Tapi kan bu,menurut orang-orang tua jaman dulu gak baik kalau calon pengantin bertemu sebelum hari pernikahan,orang-orang jawa sih bilang gak ilok”,jelas bapak Lyla. Maklum bapak Lyla asli dari jawa jadi dia sangat kental dengan tradisi jawa yang terkenal kental dengan aturan-aturannya.”Ya sudah… Bapak,ibuk saya pulang dulu,saya kesini sebenarnya Cuma mau bilang kalau besok saya ada tugas ke Sumatra utara selama 2 minggu”kata Arfan menjelaskan karena khawatir terjadi perdebatan antara ibu dan bapak Lyla. ”Hati-hati nak,dan jangan masukkan hati omobgan bapak tadi,maklumlah pemikiran orang dulu dan orang sekarang beda”kata ibu memberi penjelasan.
              Dua minggu telah berlalu Arfan telah kembali ke Padang karena tepat 5 hari lagi acara pernikahannya dengan Lyla akan berlangsung. Sore itu masih sama dengan sore-sore biasanya, ibu dan Lyla nampak sibuk memesan makanan di warung depan pasar. Karena bapak minta dibelikan sate ayam,maklum bapak lagi gak enak badan di rumah.Tiba-tiba bumi bergetar dan goncangan itu sangat kencang. Semua orang berlarian untuk menyelamatkan diri. Semua bangunan yang berdiri kokoh hancur dan rata dengan tanah. Jerit,tangis dan teriakan menambah kepedihan suasana yang na’as itu. Gempa berkekuatan 7,2 skalarichter telang mengguncang Padang pada pukul 14.45 menit yang lalu. Tak berapa lama gempa itu reda yang tersisa hanya puing-puing bangunan dan para korban. “Ibu gak apa-apa?”Tanya Lyla pada ibunya yang tengah tersungkur di tanah. “Ibu gak napa-napa nak, ayo kita pulang lihat kondisi bapak…semoga dia baik-baik saja,perasaan ibu gak enak La”kata ibu cemas. Dengan segera Lyla dan ibunya bergegas pulang, sangat miris hati mereka melihat korban-korban yang merintih kesakitan.
              Lyla dan ibunya mulai melangkahkan kaki di depan rumahny. Seketika itu keduanya kaget ketika melihat rumahnya rata dengan tanah. Yang tersisa hanya puing-puing pondasi itu. ”Bapak dimana?”kata Lyla bergegas mencari bapaknya berharap beliau tidak apa-apa. Dengan jeli Lyla mengamati puing-puing bangunan,dia melihat tangan yang terlentang kaku dalam puing-puing bangunan. Dengan segera Lyla mengais puing-puing bangunan itu,dia nampak terkajut melihat tubuh kaku bapaknya tertimbun. “Bapakkk….”Lyla menjerit sekeras mungkin. Ibunya lari menghampiri Lyla yang histeris itu ”ada apa Lyla?” Tanya ibu. Belum sempat Lyla menjawab ibunya sudah dulu melihat tubuh suaminya yang tertimbun bangunan.Saat itu juga ibunya pingsan melihat tubuh bapaknya yang sudah tak bernyawa. Tak sedikit korban meninggal dunia, masih banyak korban yang luka akibat runtuhan bangunan. Tak ada sinyal,tak ada listrik yang nyala semuanya padam. Para korban gemba yang selamat berlarian mencari anggota keluarganya yang hilang.
              Lyla dan ibunya tak henti-hentinya menangisi kepergian bapak tuk selamanya.Di pagi harinya, henpon Lyla bunyi diangkatlah olehnya”Halo,Assalamualaikum” sapa Lyla. “wa’alaikumsalam”, orang disebrang menjawab. “Lyla ini ibunya Arfan nak”,lanjut penelpon itu disertai isak tangis. ”Ibu...gimana Bu keadaan disana ikut kena gempa pa tidak?”Tanya Lyla sambil menahan sedih. Belum ada jawaban dari ibunya Arfan. Lyla berkata”Bapak telah tiada Bu,akibat gempa kemaren sore”. “Inalillahiwainnailaihirroji’un “jawab ibu Arfan. Setelah mendengar itu ibu Arfan tak kuasa tuk menyampaikan berita keadaan Arfan saat ini. “Tapi Lila harus tau tentang kondisi Arfan saat ini” gumam Ibu Arfan dalam hati. “Bu,ibu tidak apa-apa?” Tanya Lyla. “Ehmmm…sebenarnya ibu nelpon kamu ini ada sesuatu yang ingin ibu kasih tau ke kamu,setelah gempa terjadi kemarin tak ada sinyal tuk nelpon kamu,Arfan saat ini kritis nak”,jelas ibu Arfan pada Lyla. Saat itu tubuh Lyla serasa melayang di udara setelah mendengar kabar itu. “Sekarang Arfan di tangani di pos kesehatan”,sambung ibu Arfan. Ibu Arfan menutup telponnya karena tak kuasa menahan tangis. “Ada apa nak?” Tanya ibu Lyla dari belakangnya,karena melihat Lyla yang lemas setelah trima telpon. Suara ibunya membuat Lyla tersadar dari lamunannya”. “Arfan Bu…Arfan koma”jawab Lyla dalam isak tangisnya. Sontak ibu Lyla kaget mendengar kabar itu. Kenapa tak henti,aku harus gimana Bu?..aku  capek dengan cobaan ini aku gak kuat….rumah yang selama ini kita huni telah rata dengan tanah,bapak yang aku sayang kini telah tiada,dan sekarang Arfan tunanganku koma di pos kesehatan”ratap Lyla sambil terus menangis. “sudahlah nak …ikhlaskan saja ,mungkin semua ini bagian dari takdir Tuhan…yang bisa kita lakukan hannya ikhlas dengan semua ini. Aku yakin pasti ada hikmah dibalik semua ini”kata ibu Lyla menenangkan. “Besok hari pernikahanku Bu…dan semua ini tinggal mimpiku saja “kata Lyla setengah putus asa. “Hari itukan bisa diundur sampai Ardan sembuh nak,besok ibu akan menemanimu untuk menjenguk Arfan,jadi yang sabar “ tambah ibu pada Lyla.
            Keesokan harinya Lyla dan Ibunya pergi ke tempat dimana Arfan dan keluarga berada “Assalamu’alikum”, “Wa’alaikum salam” jawab keluarga Arfan
“Arfan dimana Bu, Pak?” Tanya Lyla. “Itu nak….” Jawab Ibu Arfan sambil menunjuk tempat Arfan berada. Rasa haru berkecamut dihati Lyla ketika melihat calon suaminya terbaring lemas tak berdaya di sebuah ranjang dengan peralatan medis yang membantu hidup Arfan, berlahan Lyla menghampiri tubuh Arfan. “Fan….bangun Fan….aku datang untukmu….ingatkah kamu kalau hari ini hari pernikahan kita…” kata Lyla sambil mengusap – usap kening Arfan. Berlahan Arfan mulai membuka mata “La….La….” kata Arfan terbuta – buta dengan linangan air mata menahan sakit. “ya….Fan ada apa….”, “ma…maaf….dihari bahagia kita aku malah begini….aku telah membuatmu kecewa” desah Arfan sambil mengulurkan sebuah kotak kecil berwarna merah, berlahan Lyla mengambil kotak itu, berlahan dibuka terdapat sebuah cincin permata yang menghiasinya “Aku ingin kamu memakainya dihari bahagia kita ini” kata Arfan sambil nafas terengah – engah, berlahan Lyla memasukkan cincin itu ke jari manisnya diiringi tertutupnya mata indah Arfan, mungkin itu kata terakhir dan nafas terakhir yang Arfan persembahkan untuk Lyla caln istrinya yang sudah tidak mungkin dinikahinya…. “Arfann…!!” teriak Lyla mengagetkan Ibunya dan kedua orang tua Arfan, suasana yang tenang, seketika berubah menjadi penuh jerit dan isak tangis kehilangan “Kenapa kau pergi tinggalkan aku Fan…aku tak sanggup sendiri tanpamu” rintih Lyla yang suaranya hampir tak terdengar.
“Nak…makan nak….dari kemarin kamu gak makan, kalau kamu sakit gimana?” bujuk Ibu Lyla sambil membawa sepiring nasi bersama dengan minumnya.
“Gak Bu…. Lyla belum lapar….Lyla gak nafsu” jawab Lyla pelan. Ibu Lyla seakan kehabisan akal untuk membujuk anaknya untuk makan. “Bu…. kenapa nasibku begini, semua yang aku impikan telah hancur berantakan semua sirna tinggal kenangan” kata Lyla sambil mendekap erat tubuh Ibunya. “Kamu harus abngkit nak….jangan terus – terusan terpuruk seperti ini” kata Ibunya yang tak kuasa menahan air mata melihat anaknya terpuruk seperti itu. “Bapak….Arfan….dua orang lelaki yang aku sayangi kini telah pergi” gumam Lyla.
            “maaf mbak….anda memasuki toilet yang salah” kata seorang lelaki pada Lyla. Berlahan Lyla mulai melihat tanda yang berada di depan toilet itu, seketika itu mata Lyla terbelalak dan rasa malu hinggap di diri Lyla. Bagaimana tidak dia akan masuk toilet cowok dan dia baru menyadarinya setelah ditegur orang. “oh….maaf….maaf….saya gak lihat tandanya” kata Lyla yang tak berani melihat wajah lelaki itu karena malu, tetapi lelaki itu hanya tersenyum “Kenapa harus minta maaf sama aku?” Tanya lelaki itu heran. Mendengar pertanyaan lelaki itu, Lyla langsung menatap wajah lelaki itu. Tiba – tiba jantungnya bergetar ketika melihat sorotan mata lelaki itu (mata itu seperti mata Arfan) kata Lyla dalam hati “hello….nama kamu siapa?” Tanya lelaki itu mengagetkan lamunan Lyla. “Namaku Lyla,”. “Aku Deni bekerja dibagian marketing”kata Deni dengan senyum silpulnya. “Aku dibagian…..” “sekretaris direktur kan?” kata Deni memotong pembicaraan Lyla. Sontak Lyla kaget mendengar kata Deni, kenapa dia bisa tahu. “Sampai jumpa ya….hati – hati jangan melamun lagi” tambah Deni sambil berlalu menjauhi Lyla. “Mau pulang bareng?” ajak Deni, “maaf…gak perlu” jawab Lyla, “Ayolah….nanti kamu bisa nyelonong ke trotoar, nubruk lagi” kata Deni. Setelah pemikiran, akhirnya Lyla mengikuti perkataan Deni. “kamu kok bisa tahu kerjaan aku?” Tanya Lyla. “Jelas….apa kamu lupa sama aku?” Tanya Deni. Lyla langsung mengerutkan keningnya. “Aku temen SMA kamu” jelas Deni, seketika itu Lyla mengingat – ingat dan ternyata, waduh beneran Deni temenya  waktu SMA.rasa malu seketika berkecamuk pada diri Lyla, mengapa dia bisa lupa pada temen SMAnya. “Denger – denger kamu sudah tunangan ya, dan mau menikah….aku kok gak kamu kasih undangan sih!” kata Deni yang membuat Lyla berubah drastic. “maaf…kalau kata – kataku menyinggungmu” tambah Deni. Suasana yang tadinya rame, berubah menjadi sunyi senyap seperti dikuburan.
            Tak butuh waktu lama bagi Deni untuk mengetahui mengapa Lyla sedih ketika ditanya tentang tunangannya, rasa bersalah dan iba langsung menghinggapi hati Deni. “Kamu tahu, ada dua orang lelaki yang sangat aku sayang tapi, mereka meninggalkan aku untuk selamanya, dan impianku untuk menikah dengan orang yang ku cintai kini telah sirna, seperti kehilangan separuh jiwaku” kata Lyla. Suatu sore nampak tiada gairah hidup pada diri Lyla “La….mungkin masalah yang kamu hadapi besar, tapi kamu harus selalu ingat, kamu gak sendiri…masih ada ibumu dan orang – orang yang sayang sama kamu…juga aku yang akan selalu ada buat kamu” kata Deni memberi semangat pada Lyla. “Terima kasih…kamu memang teman yang baik” kata Lyla dengan senyuman dalam tangisan, mungkin Deni berharaplebih tentang kedekatanny dengan Lyla. Tapi, Lyla masih saja menutup rapat – rapat hatinya untuk laki – laki lain dan menganggap Deni sebagai sahabat buat dia.

Karya : Candra w.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar